Mahasiswa, yang orang pikir ketika terucap kata
mahasiswa tentu adalah mereka-mereka yang bersekolah disuatu universitas. Secara
umum mahsiswa memiliki tugas untuk melakukan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa diharapkan menjadi agen perubahan. Perubahan
untuk apa? Tentu perubahan untuk kemajuan daerahnya. Mahasiswa diharapkan mampu
ikut serta dalam penyelesaian permasalahan didaerahnya. Selanjutnya adalah mahasiswa
sebagai control sosial yakni sebagai pengontrol keadaan sosial dengan cara kritik
ataupun saran terhadap suatu permasalahan yang tengah terjadi disekitarnya.
Mahasiswa itu posisinya berada ditengah-tengan antara
masyarakat dan pemerintah. Kalau ada sesuatu yang merugikan rakyat siapa yang
pertamakali turun aksi menentang pemerintah kalau bukan mahasiswa? Mahasiswa dalam
hal ini menjadi penengah antara masyarakat dan pemerintah, bernegosiasi dengan pemerintah
untuk menemukan solusi yang berarti. Begitu kuatnya peran dan fungsi mahasiswa
dinegara ini. Hingga sejarah membuktikan mahasiswa dapat mmengubah tatanan baru
dalam kehidupan pemerintah pada era orde baru. Mahsiswa turun aksi kejalan
meneriakan era reformasi.
Namun, apa peran mahsiswa yang lebih pas untuk era
milenial seperti sekarang? Musuh mahsiswa sekarang ini bukan lagi soal reformasi
dalam pemerintah tetapi teknologi informasi. Mengapa? Teknologi informasi yang
berkembang ini terkadang membuat mahsiswa melupakan ajaran pancasila dalam
kehidupan berbangsa. Mahasiswa sekarang ini lebih mementingkan diri sendiri
egois, belajar keras untuk dirinya sendiri agar mendapat pekerjaan seperti yang
diinginkan dan melupakan tugasnya untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Memang mahsiswa diera milenial ini diharapkan untuk
menguasai tenologi informasi. Namun tak serta merta mahasiswa terjajah dalam
tenologi digital ini hingga melupakan paham panasila. Mahasiswa umumnya telah
terdoktrin “ucapan dosen selalu benar, lulus kuliah harus cari kerja” dan lain sebagainya
yang membuatt mahsiswa cenderung hanya belajar didalam kelas, sekedar menjadi
mahsiswa kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang) dan hanya memikirkan setelah
lulus harus mencari pekerjaan. Tidak, mahasiswa era milenial harus mampu
belajar diluar kelas selama menjadi mahasiswa, dalam hal ini untuk mmenyiapkan kemampuannya
sebagai agen perubahan. Bukankah belajar dikolam renang lebih mudah daripada
langsung terjun kelaut lepas yang lebih beresiko? Setelah lulus bukan cari
kerja tapi membuka lapangan kerja dan mengayomi masyarakat sekitarnya. Dengan hal
ini peran mahsiswa sebagai agen perubahan benar-benar terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar